Subscribe:

Selasa, 03 April 2012

PELANTIKAN KIR


PELANTIKAN KIR DIMENSI SMA NEGERI 1 WONOGIRI. 21-22 Januari 2012. Posisiku dalam peristiwa ini menjadi seksi dokumentasi yang seksi sekali + pengatur kegiatan caraka malam siang. O ya, namaku DEDYTHA. Cewek bermuka Japanese semi Javanese. Langsung aja ke TeKaPe !
            Alkisah pelantikan KIR kali ini, banyak tragedi eksentrik yang patut dan layak untuk dirasani...
v  Kaos Kaki
Lathifah si ketua pelaksana bilang, “Semua senior masuk barisan !”
Aku langsung menuju ke dua orang junior di depanku. Lebih tepatnya aku di depan barisan bukan masuk barisan. Dara Putri dan Beril, langsung aja aku periksa kaos kaki mereka pakai penggaris pinjaman. Alhasil nggak ada yang pas 4,44 cm dan 99,9 mm. Aku suruh maju aja mereka berdua biar dapet konsekuensi. Setelah itu, aku lupa ada satu orang lagi yang aku ukur kaos kakinya apa nggak. Yang jelas yang sekiranya salah langsung aku tunjuk.
“Kamu salah. Kamu salah. Salah. Salah. Salah.”
Maklum, aku udah males ngukur, hehee.

v  Makan Malam
Malam yang indah. Tanpa badai, tanpa hujan. Aroma semerbak bunga kamboja tak tercium. Setan ? Mana, mana, mana ? Kok nggak muncul ?
XII IPA 1 menjadi tempat kami melepas kelaparan. Dinner romantis 64 orang J
Sebelumnya kami foto-foto dulu. Pake camdig-nya Yosie or Dewi. Katanya Dedytha seksi dokumentasi ? Betul. Tapi nggak punya camdig. Hape pun mati kehabisan batray. Buat nampang di proposal aja.
Kami menemukan beberapa orps. Menurut istilah astral, orps adalah awal kemunculan makhluk halus. Banyak banget orpsnya. Yang paling gedhe ada di atasnya Mega dan di jendela belakangnya Bona.
Awwrrr.....

v  Caraka Malam
Semilir angin membelai tubuh. Angin malam yang merasuk pori-pori. Mata yang sipit mungkin akan semakin sipit.
Sesuatu yang tidak terlalu ekstrim. Terkesan menyenangkan dengan sedikit komedi horor. Hal yang ditunggu-tunggu yaitu caraka malam.
Baru aja junior membentuk barisan sesuai kelopoknya. Brukkhh.... Rena !!!
Ya sudah, caraka malam di ikuti 31 junior.
Aku memperingatkan pada mereka semua, “Mangkat 31, mulih 31. Ora kena kurang, ora kena nambah”.
Maklum, aku yang paling wajib bertanggung jawab atas kegiatan caraka. Kalau ada yang kurang akan menjadi tanggungan bersama, repot kan ? Kalau nambah, itu artinya.......................

v  Tak Seorangpun Benar
Pemeriksaan barang pe-er apa ya ? Lupa.
Singkat cerita aja, entah semua junior atau nyaris semua junior maju untuk mendapatkan konsekuensi.
Tapi ada seorang junior yang masih berdiri tegak di tempat. Padahal kanan kiri depan belakang udah nggak ada temennya. Langsung aja aku getak dia, dengan segala emosi membara.
“Ngapain kamu masih di sini !? Nggak liat temen-temennya pada maju dapet konsekuensi !?”, wajah ganas.
“Udah dapet konsekuensi, kak”, dengan wajah memelas.
Aku menatap wujud si cewek imut berkerudung yang aku lupa namanya selama beberapa detik, dengan mata tajam sejuta kemarahan.
(“Asem i, tiwas nggetak malah bocah kae mau marai aku mlecek”, kataku dalam hati.)

v  Tanda Tangan
Nggak ada yang lengkap, meski ada satu atau dua orang junior yang hampir lengkap, kurang dua atau tiga senior saja. Pas pemeriksaan tanda tangan, habis-habisan deh getakannya. Suaraku bisa dibilang nggetak level Internasional, SCREAM !!!
Senior A : “Ini kenapa nggak lengkap ?”
Senior B : “Kalian itu ngapain aja ? Nggak mau kenal sama senior ?”
Senior C : “Senior nggak penting, kak”
Senior D : “Mau kalian itu apa ?”
Senior E, F, G, H, danseterusnya teriak-teriak nggak jelas juga karena tanda tangan.
Aku nyari sasaran buat digetak secara acak, akhirnya Febrina yang diberi kesempatan.
“Kenapa cuma dapet segini ?”
“Kemarin saya banyak ulangan, kak. Terus bla bla bla....”
“Lima hari dek !? Masih aja banyak alasan !”
Aku mengakhiri getakanku yang saat itu khusus untuk Febrina. Kemudian, aku nggetak semua junior. Dengan suara ala screamo versi Dedytha.
“Lima hari dek, untuk cari tanda tangan !”
Aku berjalan ke belakang barisan. Saat itu aku berpapasan dengan Otniel. Dia memberiku kode “empat hari”. Aku ketawa-ketawa sendiri di belakang barisan junior. Merasa bersalah dan menganggap bukan pengalaman yang memalukan. Sebenarnya dari percakapanku dengan Febrina, aku menyadari sebuah kesalahan kecil tentang hari untuk tanda tangan. Tapi bagaimana pun juga, harus bersikap profesional. Nggak mungkin kan bilang “Lima hari, dek !” terus ada ralat “Eh, empat hari”.

v  Lukisan
Tragedi konyol di kelompok 8. Beril membawa lukisan milik kelompoknya.
Dedytha         : “Ini siapa yang nggambar ?”
Beril                : “Kelompok”.
Waktu bertanya, posisiku agak serong, jadi aku bisa melihat dengan jelas Bona yang berdiri tepat di belakang Beril. Anehnya nih kelompok, Bona sama Beril nggak kompak kata-katanya.
Bona              : “Saya, kak”
Beril                : “Kelompok, kak”
Nggak usah aku tanya-tanya dan nggetak-nggetak lagi, nggak mungkin semua orang dalam satu kelompok terjun langsung ngurusin satu lukisan. Aku mbatin aja, “Bona terlalu jujur”.
Menurutku yang paling penting, makna dalam sebuah lukisan yang dibawa setiap kelompok diketahui oleh setiap anggotanya.

v  Evaluasi
Di lapangan basket. 32 junior dipaksa menutup mata mereka dengan kain tipis yang dilipat berulang.
Suara khas senior saat pelantikan menggema. Dahsyat ! Dan tidak merdu. Lagi-lagi suara screamo ala Dedytha meluncur. Memenuhi seisi lokasi.
Dibalik penderitaan junior, beberapa senior berfoto ria. Hahahasikk...
Aku berpose di antara mereka.
Tiba saatnya proses siraman. Semula aku kering. Kemudian agak basah karena kecipratan. Dan sangat basah karena ulah Farrika dan seorang junior cowok kalo nggak salah si Wahyu.
Karena tanggal 21 sore dan 22 pagi aku nggak mandi (tapi tetap gosok gigi), lumayan dapet kesempatan kesiram air. Dan itu udah sore lagi, jadi dapat disimpulkan bahwa lebih dari 24 jam saya tidak mandi tapi tetap wangi. Ya aku siram diriku sendiri aja.
Pakaian yang aku kenakan saat itu basah semua. Alhasil aku pulang dengan baju berbeda + kolor !

0 komentar:

Posting Komentar