PELANTIKAN
KIR DIMENSI SMA NEGERI 1 WONOGIRI. 21-22 Januari 2012. Posisiku dalam peristiwa
ini menjadi seksi dokumentasi yang seksi sekali + pengatur kegiatan caraka
malam siang. O ya, namaku DEDYTHA. Cewek bermuka Japanese semi Javanese.
Langsung aja ke TeKaPe !
Alkisah pelantikan KIR kali ini,
banyak tragedi eksentrik yang patut dan layak untuk dirasani...
v Kaos
Kaki
Lathifah
si ketua pelaksana bilang, “Semua senior masuk barisan !”
Aku
langsung menuju ke dua orang junior di depanku. Lebih tepatnya aku di depan
barisan bukan masuk barisan. Dara Putri dan Beril, langsung aja aku periksa
kaos kaki mereka pakai penggaris pinjaman. Alhasil nggak ada yang pas 4,44 cm
dan 99,9 mm. Aku suruh maju aja mereka berdua biar dapet konsekuensi. Setelah
itu, aku lupa ada satu orang lagi yang aku ukur kaos kakinya apa nggak. Yang jelas
yang sekiranya salah langsung aku tunjuk.
“Kamu
salah. Kamu salah. Salah. Salah. Salah.”
Maklum,
aku udah males ngukur, hehee.
v Makan
Malam
Malam
yang indah. Tanpa badai, tanpa hujan. Aroma semerbak bunga kamboja tak tercium.
Setan ? Mana, mana, mana ? Kok nggak muncul ?
XII
IPA 1 menjadi tempat kami melepas kelaparan. Dinner romantis 64 orang J
Sebelumnya
kami foto-foto dulu. Pake camdig-nya Yosie or Dewi. Katanya Dedytha seksi
dokumentasi ? Betul. Tapi nggak punya camdig. Hape pun mati kehabisan batray.
Buat nampang di proposal aja.
Kami
menemukan beberapa orps. Menurut istilah astral, orps adalah awal kemunculan
makhluk halus. Banyak banget orpsnya. Yang paling gedhe ada di atasnya Mega dan
di jendela belakangnya Bona.
Awwrrr.....
v Caraka
Malam
Semilir
angin membelai tubuh. Angin malam yang merasuk pori-pori. Mata yang sipit
mungkin akan semakin sipit.
Sesuatu
yang tidak terlalu ekstrim. Terkesan menyenangkan dengan sedikit komedi horor.
Hal yang ditunggu-tunggu yaitu caraka malam.
Baru
aja junior membentuk barisan sesuai kelopoknya. Brukkhh.... Rena !!!
Ya
sudah, caraka malam di ikuti 31 junior.
Aku
memperingatkan pada mereka semua, “Mangkat 31, mulih 31. Ora kena kurang, ora
kena nambah”.
Maklum,
aku yang paling wajib bertanggung jawab atas kegiatan caraka. Kalau ada yang
kurang akan menjadi tanggungan bersama, repot kan ? Kalau nambah, itu
artinya.......................
v Tak
Seorangpun Benar
Pemeriksaan
barang pe-er apa ya ? Lupa.
Singkat
cerita aja, entah semua junior atau nyaris semua junior maju untuk mendapatkan
konsekuensi.
Tapi
ada seorang junior yang masih berdiri tegak di tempat. Padahal kanan kiri depan
belakang udah nggak ada temennya. Langsung aja aku getak dia, dengan segala
emosi membara.
“Ngapain
kamu masih di sini !? Nggak liat temen-temennya pada maju dapet konsekuensi
!?”, wajah ganas.
“Udah
dapet konsekuensi, kak”, dengan wajah memelas.
Aku
menatap wujud si cewek imut berkerudung yang aku lupa namanya selama beberapa
detik, dengan mata tajam sejuta kemarahan.
(“Asem
i, tiwas nggetak malah bocah kae mau marai aku mlecek”, kataku dalam hati.)
v Tanda
Tangan
Nggak
ada yang lengkap, meski ada satu atau dua orang junior yang hampir lengkap,
kurang dua atau tiga senior saja. Pas pemeriksaan tanda tangan, habis-habisan
deh getakannya. Suaraku bisa dibilang nggetak level Internasional, SCREAM !!!
Senior
A : “Ini kenapa nggak lengkap ?”
Senior
B : “Kalian itu ngapain aja ? Nggak mau kenal sama senior ?”
Senior
C : “Senior nggak penting, kak”
Senior
D : “Mau kalian itu apa ?”
Senior
E, F, G, H, danseterusnya teriak-teriak nggak jelas juga karena tanda tangan.
Aku
nyari sasaran buat digetak secara acak, akhirnya Febrina yang diberi
kesempatan.
“Kenapa
cuma dapet segini ?”
“Kemarin
saya banyak ulangan, kak. Terus bla bla bla....”
“Lima
hari dek !? Masih aja banyak alasan !”
Aku
mengakhiri getakanku yang saat itu khusus untuk Febrina. Kemudian, aku nggetak
semua junior. Dengan suara ala screamo versi Dedytha.
“Lima
hari dek, untuk cari tanda tangan !”
Aku
berjalan ke belakang barisan. Saat itu aku berpapasan dengan Otniel. Dia
memberiku kode “empat hari”. Aku ketawa-ketawa sendiri di belakang barisan
junior. Merasa bersalah dan menganggap bukan pengalaman yang memalukan. Sebenarnya
dari percakapanku dengan Febrina, aku menyadari sebuah kesalahan kecil tentang
hari untuk tanda tangan. Tapi bagaimana pun juga, harus bersikap profesional.
Nggak mungkin kan bilang “Lima hari, dek !” terus ada ralat “Eh, empat hari”.
v Lukisan
Tragedi
konyol di kelompok 8. Beril membawa lukisan milik kelompoknya.
Dedytha : “Ini siapa yang nggambar ?”
Beril : “Kelompok”.
Waktu
bertanya, posisiku agak serong, jadi aku bisa melihat dengan jelas Bona yang
berdiri tepat di belakang Beril. Anehnya nih kelompok, Bona sama Beril nggak
kompak kata-katanya.
Bona : “Saya, kak”
Beril : “Kelompok, kak”
Nggak
usah aku tanya-tanya dan nggetak-nggetak lagi, nggak mungkin semua orang dalam
satu kelompok terjun langsung ngurusin satu lukisan. Aku mbatin aja, “Bona
terlalu jujur”.
Menurutku
yang paling penting, makna dalam sebuah lukisan yang dibawa setiap kelompok
diketahui oleh setiap anggotanya.
v Evaluasi
Di
lapangan basket. 32 junior dipaksa menutup mata mereka dengan kain tipis yang
dilipat berulang.
Suara
khas senior saat pelantikan menggema. Dahsyat ! Dan tidak merdu. Lagi-lagi
suara screamo ala Dedytha meluncur. Memenuhi seisi lokasi.
Dibalik
penderitaan junior, beberapa senior berfoto ria. Hahahasikk...
Aku
berpose di antara mereka.
Tiba
saatnya proses siraman. Semula aku kering. Kemudian agak basah karena
kecipratan. Dan sangat basah karena ulah Farrika dan seorang junior cowok kalo
nggak salah si Wahyu.
Karena
tanggal 21 sore dan 22 pagi aku nggak mandi (tapi tetap gosok gigi), lumayan
dapet kesempatan kesiram air. Dan itu udah sore lagi, jadi dapat disimpulkan
bahwa lebih dari 24 jam saya tidak mandi tapi tetap wangi. Ya aku siram diriku
sendiri aja.
Pakaian
yang aku kenakan saat itu basah semua. Alhasil aku pulang dengan baju berbeda +
kolor !
0 komentar:
Posting Komentar