Satu tahun lamanya tak bertemu kekasih hati. Terpisah ratusan kilometer, desis jam pasir, dan sekat-sekat alami maupun buatan. Ini gila, kontak lewat handphone saja jarang karena Batman terlalu sibuk dengan urusan bisnis dan misi penyelamatan kabupaten. Terakhir Batman online facebook maupun twitter itu dua bulan lalu. Padahal Inamora sering menulis di wall facebooknya “Hai sayang” tetapi tetap saja nihil jawaban.
BAni TarjiMAN, itu nama asli Batman. Tarjiman mengganti namanya menjadi Batman hanya ketika ia berubah menjadi superhero berjubah hitam, bertopeng sebatas bawah hidung, berlogo kelelawar. Tetapi ketika Tarjiman menjadi Tarjiman yang asli, ia adalah seorang pengusaha kaya raya, sangat kaya. Cabang-cabang perusahaannya ada di seluruh perjuru negeri, Tarjiman juga bermain saham dibeberapa hotel bintang tujuh. Tidak hanya itu, kekayaannya bisa dipakai 27 turunan !
Tetapi, memiliki kekasih seperti Batman membuat Inamora galau dan risau. Pasalnya, si Batman agak playboy. Dan itu membuat Inamora kadang nggak nggak nggak kuat, nggak nggak nggak kuat. Jelas saja, ia pernah memergoki Batman dinner berduaan bersama Shannon di sebuah hik. Sakiiiitt rasanya. Shannon merupakan mantan pacar Batman yang katanya jalinan cinta mereka cukup lama. Bukan itu saja ‘maru’ Inamora, masih banyak lagi. Seperti Dewi Kunthi si jagoan pewayangan, hingga si cantik Elina dari negeri Fairytophia.
Setiap kali Inamora menegur Batman selingkuh, pasti muncul jawaban :
“Aku bukan seniman hati
Aku bukan seutas nadi
Maka maafkanlah kesalahanku
Yang mungkin
menulis luka di jiwamu”
Kadang Inamora berpikir, apa Tarjiman tidak punya kalimat lain yang lebih sederhana dan tidak sok puitis. Tapi bagaimanapun juga, pesona Tarjiman sulit ditepis. Bukan karena dia super kaya, tetapi sebuah keteguhan. Ehm...
Pertemuan pertamanya ketika Inamora mengunjungi lokasi syuting Tarjiman untuk sekedar meminta tanda tangan dan berfoto bersama. Tarjiman memang bukan artis, tetapi karena kepopulerannya sebagai superhero, ada produser yang menawarinya bermain film. Film itu sendiri berjudul The Dark Night. Tetapi, tanpa diduga Tarjiman alias Batman meminta nomor handphone Inamora.
***
AAAAAAAAAAA !!!!!!!! Lari !!!!
Pecah keheningan Gotham City. Teror mavia bersenjata tajam memaksa penduduk kota itu ribut kalang kabut. Mavia berbaju hijau dan seperangkat lainnya yang serba hijau.
Kebetulan Inamora sedang di Gotham City, niatnya mau apelin Batman. Inamora yang merupakan Sejarawati, menyimpulkan bahwa mereka orang-orang bayaran Buto Ijo.
Tetapi dalam buku sejarah mengatakan bahwa Buto Ijo sudah lama terendam di rawa-rawa akibat bersikap genit pada Timun Emas. Jasadnya tidak ditemukan lagi, tetapi mungkinkah ini arwah Buto Ijo ? Bulu Inamora berdiri semua, merasakan aura-aura mistik. Ia berpikir bahwa arwah Buto Ijo penasaran karena belum sempat dimakamkan secara baik.
“Halo, Citra. Sibuk nggak ?”
“Ada apa ? Kok suara loe jadi jelek gitu ?”
“Heh, nggak usah banyak komentar ! Cepetan ke Gotham City !”
“Nanti dulu ah, gue lagi nangkep tuyul !”
“Tuyul ? Nggak penting banget !”
“Penting ! Arwah buto Ijo gentayangan !”
*CLINK* Citra Prime muncul kurang dari dua menit di samping Inamora. Terkejut Inamora karena kedatangan sahabatnya itu yang datang tak dijemput pulang tak diantar. Tetapi yang lebih mengejutkan lagi yaitu selimut hitam setengah lingkaran yang berlapis-lapis melapisi Gotham City.
Alat persegi panjang hitam milik Citra Prime mendadak tidak berfungsi. Sama sekali tidak !
“Ah ! Ini bukan arwah !”
“Lalu ?”
“Panggil Batman. Maaf, Inamora, aku tak bisa membantumu kali ini.”
*CLINK* Citra Prime hilang sekejap mata. Tanpa jejak tanpa sisa.
Dengan segala kegalauan hati, Inamora menelepon Batman. Tapi shock seketika. Di seberang sana ada sebuah suara, suara wanita yang terdengar samar-samar. Tidak ! Jangan-jangan...
“Halo, Inamora.”
“Halo, eh elo...”
“Kenapa ?”
“Shannon ?”
“Ya !”
“Maksud loe apa sih ? Deket-deket kang mas Batman ?”
“Penting buat loe ?”
“Kan dulu kita udah buat surat resmi bermetrai, ditandatangani kita berdua.”
“What ?”
“Yang isinya loe gak akan ganggu hubungan gue sama BAni TarjiMan lagi ! Trus sekarang loe ngapain di situ ?”
“Eh eh eh, ingat nggak waktu itu notarisnya tutup, jadi nggak ada saksi resmi !”
Rontok organ-organ dalam Inamora. Hujan di sudut matanya, semakin deras dan deras. Nadinya penuh akan darah serasa menegang. Mendengar suara marunya itu, yang menghujam bagai petir di atas matahari, bagai gagak di sanding pelangi. Apa yang ia rasakan, pesakitan yang dalam. Sebagaimana perasaan tulusnya pada Batman benar-benar dari titik terdalam hati Inamora.
Tercekat lehernya, dengan seutas tali semu yang menjeratnya. Rongga dadanya kian miskin oksigen. Begitu juga dengan otaknya yang mulai sulit berpikir jernih saat itu. Bertekuk lutut ia di dekat batang pohon akasia. Lututnya mencium jalanan berdebu. Miris. Tragis.
Tak dihiraukannya lalu lalang manusia di Gotham City. Lewat saja dia. Membawa sejuta pilu di hatinya. Berlari kecil menuju tempat ia memarkirkan Ferrari hijaunya. Tukang parkir sedang tidak di situ, kabur bercampur dengan orang-orang yang panik.
***
“Aku bukan seniman hati
Aku bukan seutas nadi
Maka maafkanlah kesalahanku
Yang mungkin menulis luka di jiwamu”
Selalu saja Batman ucapkan itu pada Inamora. Gadis berambut coklat itu melempar ponselnya ke kasur empuk berseprei pink. Tanpa niat sedikit pun untuk membalas sms dari Batman.
Masih ada secerca cinta untuk Batman, tapi cinta itu tak harus seutuhnya. Karena puing-puingnya sudah berserakan entah ke mana. Mungkin Inamora telah bosan membaca sajak permintaan maaf dari BAni TarjiMAN yang selalu itu itu saja. Rasa jengkel, dongkol, dan lain-lain telah teraduk di satu wadah.
Sementara di lain tempat, Batman masih bersama Shannon. Tetapi ada hal yang mengganjal di benaknya. Rasa penyesalan yang amat dalam. Shannon terus saja menghibur hati Batman agar segera melupakan Inamora, karena masih ada Shannon yang lebih pantas untuk Batman, katanya.
Batman berdiri tegak. Dengan wajah tegas khas playboy. Beranjak. Meninggalkan cangkir teh. Ya, cangkirnya saja, karena tehnya telah habis. Beserta Shannon yang masih duduk di kursi satunya.
“Batman, mau ke mana ?”
“Mau mencari jati diri pria sejati”
“Jati diri pria sejati, di mana tuh ?”
“Udah, diam loe !”
Shannon menggenggam erat tangan Batman, berharap Batman tak beranjak saat itu juga. Tetapi Batman mengelak, melepaskan genggaman Shannon yang sedikit mencakar telapak tangan Batman.
“Lepaskan !”
***
“BATMAN !!! Tolong kami...”
Kacau pikiran Batman. Otaknya yang cerdas seakan tiada fungsi. Antara Inamora dan Gotham City.
Dengan sekuat tenaga Batman menghancurkan mafia-mafia beserta Buto Ijo-nya. Rasengan dan Saringan telah ia keluarkan, tetapi kukuatan meraka memang dahsyat. Tak habis pikir, apa yang di lakukan Buto Ijo selama terendam di rawa-rawa.
Keringatnya mengalir melewati topengnya, hingga jatuh ke aspal datar. Tetes demi tetes berlalu. Kali ini di bagian tubuh Batman yang lain, lehernya. Mengucur sungai merah beraroma anyir. Lukanya hanya selebar lima sentimeter, tapi tidak tahu seberapa dalamnya.
Lemas. Semakin blur saja pandangannya. Digenggam tetesan darah yang sebagian menetes ke telapak tangannya. Energi sudah terkuras. Semakin jadi pula aliran sungai merah yang bermuara di jalanan Gotham City. Terjatuh, dan tak bisa bangkit lagi. Namun ada dua tangan yang menangkap tubuhnya.
***
Seorang wanita cantik menjadi yang pertama kali dilihat Batman pasca sungai merah. Tampak infus tertancap di tangan kiri batman. Tubuhnya masih lemah. Harus pasrah dengan keadaannya saat ini. Semestinya bersyukur karena masih bisa melihat dunia, bersanding dengan seorang wanita, dan menikmati harta yang melimpah. Batman belum mengerti juga tujuannya nanti jika tak hidup lagi.
“Inamora ?”
“Ya, aku di sini.”
“Aku seneng kamu di sampingku saat aku jatuh.”
“Seperti yang pernah kamu katakan padaku. Cinta sejati tak kan pernah mati. Meski di sapu hujan, disembunyikan gerhana bulan atau diterpa angin topan. Hati yang suci tak kan pernah ternodai. Meski terkena abu dari gunung, suara yang menggaung atau melewati tanjakan menikung.”
“Kenapa kamu bisa hafal semuanya ?”
“Tentu saja, tak ada suatu alasan khusus”
“Bagaimana dengan Gotham City ?”
“Tenang sayang, semua beres. Kemarin aku nggak pulang, cuma istirahat aja di rumah Citra Prime, habis aku emosi sih. Trus aku punya firasat kalo kamu lagi kesulitan nanganin pasukannya Buto Ijo, jadi aku ke Gotham City. Sebelum aku bawa kamu ke sini, aku telpon Power Ranger pake HP kamu. Nih HP kamu”.
“Ooo begitu. Makasih banyak ya cintaku...”
Cinta mereka kembali berbunga walalupun sering dilanda konflik-konflik tak jelas. Kedua insan ini lantas berpandangan satu sama lain, mengadu mata lekat-lekat. Seakan tak ingin kehilangan jiwa raga sang kekasih. Semua suster yang melenggang akan masuk ke ruang VIP itu mengundurkan langkah. Membiarkan kemesraan mereka berlanjut.
Hati Inamora seluas samudra. Mampu memaafkan kesalahan-kesalahan yang jarang sekali akan dimaafkan wanita lain jika menjadi kekasih Batman. Dan ia berharap Batman tidak mengulangi kelakuannya lagi. Batman pun mengatakan kalau sudah membuang jauh-jauh hati Shannon demi Inamora.
Mereka berjanji untuk tidak saling menyakiti satu sama lain.
You are beautiful.. beautiful..
Kamu cantik cantik dari hatimu.....
Ponsel Batman bergetar disertai nyayian girlband Cherrybelle. Batman berusaha meraihnya. Tetapi tak sampai, sehingga tangan Inamora lebih cekatan menggapai ponsel super mewah itu.
“Halo”
“Halo sayang...”
Wajah Inamora mendadak lebih asam dari asam. Dia lemparkan ponsel itu ke muka Batman.
“Makan tuh !!!”
“Inamora ! Kamu salah paham.”
“So ?”
““Aku bukan seniman hati
Aku bukan seutas nadi
Maka maafkanlah.....”
“....kesalahanku
Yang mungkin menulis luka di jiwamu”
BRAKKK !!!
Inamora membanting pintu VIP 37....
0 komentar:
Posting Komentar