Subscribe:

Jumat, 26 Juli 2013

SALAH GENDER



 CATATAN : Saya menggunakan tokoh-tokoh dalam anime Naruto milik Mr. Masashi Kishimoto. Fanficton ini saya tulis hanya untuk bersenang-senang. Suka atau tidak suka, terserah. Selamat membaca ~^.^~



Matahari tersenyum seperti hari-hari sebelumnya. Bersama rombongan cahayanya, ia memberi vitamin D gratis. Tak lupa kokok ayam yang –pokpokpokpok- sedikit berisik, membangunkan umat manusia yang semacam antonim dari insomnia. Di kediaman Yamanaka...
            “Apa yang kau pikirkan-un ?”, Deidara penasaran pada kakak kembarnya, Ino.
            “Senior tampan, teman sekelas tampan, teman beda kelas tampan, dan semacamnya”, senyum blink-blink.
            “Kau yakin mereka akan tertarik padamu-un ?”
            “Tentu saja, lihat aku !”, kata Ino bangga, dengan mengibaskan rambut kudanya. Deidara yang telah bermuka lempeng, melihat aksi Ino yang dikhawatirkan rambut itu akan menyabet muka Deidara. “Kenapa ?”
            “Huff... Aku menanti kumisku tumbuh tapi tidak tumbuh-tumbuh-un, bagaimana ini-un ?”, sadness, ngenes, lemes.
Flashback
            Hampir setiap hari, Deidara menemukan kado pink di laci kelasnya. Berganti-ganti pula jenisnya ; coklat, gantungan kunci, pencil 2B pink, hair conditioner, mercon (karena ia tahu bila Deidara selalu menganggap ‘seni adalah ledakan’, entah dari mana sumber informasinya), hingga baju renang wanita. Tanpa pengirim yang jelas, tetapi tulisan yang sama. Tulisan yang rapi, indah, berseri. Tentu saja itu hanya dari 1 orang. Mengingat beberapa wanita yang telah ditolak cintanya oleh Deidara karena terlalu selektif memilih wanita untuk dijadikan pacar. Tetapi orang itu begitu gigih memperjuangkan cinta Deidara. Hingga tertulis surat pink...
Temui aku di lapangan futsal setelah bel pulang sekolah. Aku menunggumu.
Penggemar rahasiamu
            Di lapangan futsal...
            “Deidara senpai !”
            “Tobi...”
End of Flashback
            Menahan tawa. “Aduh adikku sayang, kau sudah terlihat macho !, kata Ino semi kepepet. Deidara berbinar-binar. “Ayo berangkat-un, aku takut telat-un !”
            “Jangan tirukan aku !”, deathglare.
***
Ino’s PoV
            Aku tak mengerti ini undang-undang atau konvensi dari bumi mana. Mengerikan sekali. Ketika masuk Junior High School dulu tidak ada seperti ini, yaa atau lebih tepatnya aku beruntung dulu mengawali JHS bukan di negara ini. Sial sekali, mengapa hari pertama masuk Senior High School  harus penuh penyiksaan batin, kulit, dan yang paling parah TELINGA.
            Panas UV menjelang siang, tidak sehat. Mau tidak mau aku harus berada di sini. Mana aku lupa pakai sunblock lagi. Aduh, earphone pun aku tak bawa.
            “Yamanaka Ino ! Jawab !”, wanita dengan warna rambut sejenis dengan Ino dan berkuncir 4 itu mengagetkannya sembari melihat nama ‘Yamanaka Ino’ pada kartu peserta hijau yang menggantung di lehernya.
            “Eeh.. apa kakak ?”
            “Apa-apa !? Kau sudah membawa bekal makan siang kangkung mentah saus jengkol belum ?”
            “Senpai, kangkung itu harus dimasak dulu sebelum di makan. Ini aku bawa, this is it... tumis kangkung saus jengkol balado”, (bayangin Farah Quinn). Ino tersenyum polos dan berharap senior itu akan mencicipi masakannya.
            Deathglare. “Kamu maju ke depan ! Terima konsekuensinya !”
            “Woles, woles, senpai !”
            Bagai preman pasar yang memanggil anak buahnya untuk menghajar mangsa. Serta tatapan burung hantu, ah tidak, tatapan mata pisau lebih tepatnya. “Senior ! Di sini ada yang membawa ‘tumis kangkung saos jengkol balado’ !” The preman’s geng datang. Jedhuar !
            “Bla... bla... bla...”, suara beberapa senior yang campur aduk.
            “Beraninya kamu membuat tumis kangkung !”, senior berambut kuncir nanas hitam berkoar.
            “Mau konsekuensi berapa ?”, giliran senior bertato pedang di kedua pipinya yang menanyakan pertanyaan konyol.
            “Kamu sudah melanggar peraturan !”, kata senior berambut pink menegaskan.
            “Kamu tidah menggunakan EYD !”, kali ini senior yang memiliki 3 goresan di masing-masing pipinya.
            “Bla... bla... bla...”, suara beberapa senior yang campur aduk (lagi).
            Di seberang sana, ada yang diam saja dan hanya menyaksikan penggertakan itu. Senior berkulit pucat, rambut hitam, dan notabene master melukis.
            GELAP.
Deidara’s POV
            “Yang berambut blonde panjang !”
“Iya-un”
            “Kenapa kepangan tali sepatu di depan topi baskommu cuma satu ?”
“Oh ini, tenang dulu-un !”
“Tidak bisa !”
“Cepat tua lho !”
“Berisik, aku hanya satu tahun lebih tua darimu !”
“Senpai yang berisik.”
“Grrr... jawab !”
“Kalau pakai 5 kepangan tali sepatu yang berjajar norak-un. Nanti dikira orang gila-un”, jawab Deidara dengan pede nya dan sangat tenang.
“Kamu ! Maju ke depan terima konsekuensi”.
“Butir-Butir Pasir
Perlahan melaju ke hilir
Tapi entah dari mana para pasir
Diam-diam berdesir
Mengarungi udara-udara pesisir
Wahai kau senpai pasir
Di mana kah alismu terukir ?”
Gaara senpai kejang-kejang, mungkin gara-gara mendengar puisiku. Siapa suruh memberiku hukuman seperti ini. Hihiii...
***
Anjing menggonggong, pandangan kosong, Ino bengong.
BRAKK. Deidara menggebrak meja belajar Ino. “Kita perlu bicara 4 mata-un !”
“Bisakah kau lebih sopan sedikit pada wanita yang lebih tua darimu ini ?”
“Hah, kau hanya 5 menit lebih tua dariku-un !”
“Tetap saja lebih tua !”
“Oke, nenek ! Adawww.....”, sebuah jeweran sukses beraksi di telinga Deidara.
“Kau mau bicara apa tadi ?”
Mengelus talinganya. “Apa kau berpacaran dengan Gaara senpai ?”
“Tidak. Memangnya kenapa ? Kau cemburu karena suka padanya ?”
“Najong-un. Aku NORMAL !”
“Terus ?”
“Tadi Gaara senpai memelukku dari belakang pas jam istirahat-un.”
“Apa hubungannya denganku ?”
“Hubungannya adalah kau dan aku sangat mirip, apalagi dari belakang. Jadi sebaiknya kau mengaku saja, lalu peringatkan dia untuk lebih berhati-hati dalam membedakan wujud kita ! Aku malu-un.”
“Fufufuu.... sudahlah. Dia tampan kok, tenang saja”, tersenyum.
“Aku NORMAAAAAAL !!!”
“Sudah, sudah... jangan berteriak, ini sudah malam. Jangan merusak mood ku, besok aku harus terlihat segar dan cantik. Yaa aku akan berkencan dengan........”
Flashback
            Semakin terang-terang-terang... Kedip-kedip.
            “Akhirnya kau bangun juga”, seorang senior tampan telah duduk di samping tempat tidur UKS.
            “Eh senpai... kok aku di sini ?”
            “Hmm, aku terpaksa membawa ke sini. Sudah 1 jam kau tidak bangun-bangun tapi akhirnya bangun juga, syukurlah. Kau tadi pingsan di tengah keributan.”
            Pipi Ino mulai merah. “Ohh, jadi senpai yang membawaku ke sini”
            “Panggil saja aku Sai”. Tersenyum hingga matanya benar-benar tertutup.
            “Sai senpai... maaf, aku tadi memancing keributan”. Menunduk sok malu, padahal mau.
            “Itu sudah biasa. Oh ya, aku telah membaca di buku ini”. Menunjukkan sebuah buku. “Kalau seseorang tiba-tiba pipinya menjadi merah ketika menatap mata lawan jenis, itu artinya.....”
            “Maaf senpai, sepertinya aku sudah sehat, aku permisi dulu”.
            “Tunggu Ino, tadi aku menggambarmu ketika kau tak sadarkan diri. Ini untukmu”, tersenyum polos khas Sai.
            “Wah... indah sekali”. Kagum. “Terima kasih, sen.... KYAAAAA !!!”
            “What’s wrong ?”
            “Ini bukan aku ! Kau menggambar Deidara, saudara kembarku. Lihat, di gambar ini poninya ada di kiri, sedangkan poniku ada di kanan ! Perhatikan baik-baik..”
            “Ohh, maaf maaf, kalau begitu ini untuk Deidara saja. Lain kali aku akan menggambar wajahmu”.
End of Flashback
            “O, jadi dia yang menggambar wajahku-un, hihiii”
            “Aku hampir lupa mengatakan padamu, besok kau berangkat sendiri, aku akan ke sekolah bersama Sai senpai”.
            “Eh tapi kan...”
            “Ya aku tau, Lamborghini Veneno kita kehabisan bensin. Karna BBM naik, ayah jadi sedikit pelit memberi kita uang bensin...”, menunduk lesu.
            “Bagaimana kalau besok aku ikut kalian berdua ?”
            “Maaf Dei-kun, mobil Sai senpai itu Ferarri 458. Kau tau sendiri kan, seperti apa..”
            “Ya ya, aku tau. Spesial 2 orang seperti mobil kita”.
            “Aaa,, kau pakai motorku saja !”
            “Apa !? Motormu ungu blink-blink bermotif lavender, Ino-chan. Itu terlalu feminim-un”.
            “Lalu siapa suruh kau menabrak pohon beringin, sampai motor sportmu itu hancur tanpa bentuk ? Kalau kau tidak mau ya sudah. Silakan ke tempat pemberhentian bus atau angkot yang dari rumah kita jaraknya kira-kira 1 kilometer. Atau kau mau dijemput Gaara senpai, gratis. Lalu kau juga ditawari pulang olehnya”, Ino tersenyum nakal.
            “Huhh, menyebalkan ! Yasudah, besok aku pinjam motormu”, mendengus kesal dan berharap Gaara tidak melihatnya memakai motor Ino yang super feminim atau Gaara akan semakin agresif.
Di tempat lain (Gaara’s PoV)
Dia begitu cantik. Namanya Deidara. Deidara-chan, sedikit sakit memang, kau dorong hingga terjatuh meski bisa bangkit lagi, tak seperti Butiran Debu. Bokongku memar terkena keramik yang sengaja kau jodohkan padaku. Sepertinya kau hanya kaget karena pelukan yang secara tiba-tiba hadir untukmu, dariku.
Tiba-tiba aku teringat pada saat itu, ketika kau memberiku sebuah puisi. Jujur saja, aku kaget, mungkin kau memang pujangga di hatiku. Aku salah memberimu hukuman semacam itu. Kau terlalu mahir mempermaikan orang dengan kata-katamu. Tapi itulah pesonamu. Pesona yang dimiliki insan sepertimu telah membuatku mabuk kepayang. Epilepsi.
Dei-chan, aku tidak akan menyerah memperjuangkan cintamu. Izinkan aku menatap matamu yang sebening embun pagi, menggenggan tanganmu yang sehalus jalan tol, membelai rambutmu yang sekuning ramen, eh...
***
“Ino-chan, bisakah tinggalkan kami berdua ?”
“Eh, baik Gaara senpai”. Mengerlingkan sebelah matanya pada Deidara. Ekspresi masam dari muka Deidara pun muncul tanpa permisi.
“Deidara-chan, aku ingin mengatakan sesuatu padamu”. Menundukkan kepala malu-malu, mengumpulkan keberanian, dan menggenggam sebuket mawar pulih yang ia sembunyikan di balik punggungnya. “Ehm, mungkin aku tak perlu berpanjanglebar menjelaskannya, karena aku tahu kau tak punya banyak waktu. Kau harus pulang bersama Ino-chan, lalu sampai rumah cuci tangan, cuci kaki, ganti baju, makan siang, lalu mungkin kau ada kursus, ya mungkin kursus. Begini Deidara-chan...”. Menunjukkan sebuket mawar putihnya. “Aku bingung harus mulai dari mana. Tapi semua orang tahu, semua orang mengerti bahwa aku bukanlah orang yang suka berbasa-basi, apalagi bertele-tele dalam mengatakan sesuatu. Kau tahu juga kan ?”. Gaara tersenyum manis. “Lihat ! Awan gelap itu bergerak menjauhi kita”. Menunjuk pada awan. “Itu artinya bumi merestuinya, angin telah menyingkirkan awan gelap yang mengganggu kita, matahari pun semakin menghangatkan hari ini. Mereka tak ingin merusak hari kita, Dei-chan”. Gaara memejamkan mata dan menghayati setiap kata-kata yang diucapkannya.
WUSH !!!
“Wajahmu yang cantik, kulitmu yang mulus, rambutmu yang indah itu semua merupakan anugrah Yang Kuasa. Dan saat ini aku ingin mengatakannya...”. Mata tetap terpejam dan sedikit menunduk. “Aku.... menyukaimu...”, wajah tegap, berpandangan lurus, dan perlahan membuka matanya. “Deidara-chan... Deidara-chan ? Kau di mana ?”, menunduk sedih, air matanya mulai menetes. “Dei-chan... kau tega”.
3 hari kemudian...
            Ketika jam istirahat...
            “Deidara-chan, sekarang waktu yang tepat untuk mengungkapkannya”. Deidara menoleh pada Gaara yang memegang pundaknya dan cengoh. “Aku ingin semua orang jadi saksi atas cinta kita. Tepat pukul 09.15 di Jumat Kliwon ini, menjadi saat bersejarah kita berdua”. Deidara berbalik badan agar lebih jelas melihat Gaara dan Gaara pun menatapnya serius. Dengan suara volume maksimal, “Deidara-chan, maukah kau menjadi kekasihku ?”
            Suit-suit.. Prok prok prok.. Terima terima !!! Suara-suara itu menggema jadi satu. Para penggemar Deidara dan Gaara menjadi lemas.
            SYUUT... Deidara membuka jaket hitam bermotif awan merahnya dan membawanya di pundak kanannya (Bayangkan di pilem-pilem dengan slow motion). Memamerkan otot-ototnya yang kekar bin atletis, karena saat itu bajunya sangat tipis dan ketat. Lengannya yang seksi, perut yang kotak-kotak, dan sebagainya merupakan porsi yang sangat ideal sebagai seorang lelaki. Semua gadis langsung bermata ‘love’, beberapa lelaki yang awalnya tidak tahu bila Deidara itu lelaki langsung pingsan kecuali Gaara.
            Deidara geram dan berteriak, “DENGARKAN AKU ! AKU TIDAK HOMO ! AKU INI LELAKI TULEN !”
            “K-kau.. kau tak pernah bilang padaku kalau kau lelaki ! Oh, tidak mungkin”
            “Agar kau percaya, apa aku harus menunjukkan ‘kejantananku’ dulu !?”
            Gaara kejang-kejang.

Senin, 22 Juli 2013

5 Tokoh Naruto Paling Tampan

Buat yang suka, cinta, ato ngefans sama Naruto.. Dedytha punya punya pendapat nih, tentang 5 tokoh Naruto terganteng. Ngintip yok !!!


5. Inuzuka Kiba


4. Sasori



3. Uchiha Sasuke


2. Pein

1. Minato Namikaze (Yondaime)

Jumat, 11 Januari 2013

Faisal Riza

sodara-sodari :) kenalan dulu sama Faisal :)
Nama lengkapnya Muhammad Faisal Riza,, lahir pada 10 Maret 1994.
Muda dan berbakat !!!
Di usianya yang bisa dibilang masih belia,, dia mahir menggubah lagu. Faisal telah menciptakan beberapa lagu,, mayoritas lagunya berunsur Persis Solo. Pasoepati gitu....
Ini nih, lagu ciptaan si cowok asal Boyolali... Klik linknya ya :)
http://www.reverbnation.com/faisalriza/songs