Subscribe:

Minggu, 21 Agustus 2011

Jelmaan Setetes Air



Oleh : Dedytha Nur Annisa

Setetes dua tetes membelah bumi
Merasuki tanah
Terseret lari angin
Tebar aroma khas
Penyejuk sukma
Pembasuh raga
Kini setetes dua tetes air menjelma
Lautan coklat diatas pemukiman
Larikan apa yang ada
Bawa pulang sukma
Ke alam berseberangan
Bawa pergi jasad
Ke rumah berlapis tanah
Yang indah kemarin
Beri sakit hati ini
Yang sejuk kemarin
Beri mati hari ini

Apakah ini hanya cobaan ?
Atau siksaan karna ulah sendiri ?
Siapa tahu jawabnya ?

Sabtu, 20 Agustus 2011

Hanya Sebuah Slogan



Oleh : Dedytha Nur Annisa

Hijau alamku
Lestari bumiku
Sadarlah...
Itu telah rapuh
Menjadi sajak-sajak keruh
Dulu mereka di sini
Sekarang terpenggal
Oleh otoritas
Yang pentingkan suksesnya sendiri
Nasib tubuh-tubuh malang
Diabaikan walau badai menerjang
Bagaimana kita bisa berkata
Hijau alamku
Kalau yang hijau telah terbunuh
Tercabik kejamnya dunia
Tergores luka tak semu
Bagaimana kita bisa bersorak
Lestari bumiku
Kalau yang punya menganiaya
Hapus keasrian

Kini tinggal sebuah slogan
Yang sulit di tentang
Karna sastra

Rintihan Sebatang Pohon



Oleh : Dedytha Nur Annisa

Lihatlah sekujur tubuhku
Para serdadu hijau mati satu persatu
Menjadi mayat coklat nan kering
Hanya bersama tangan-tangan kurus aku hidup
Senantiasa temani tubuh tertua
Kulitku tersayat oleh terik
Perih
Sedih
Ketika tangis pantomim mendera
Tak ada manusia yang sedu sedan
Bahkan semut-semut kecil menutup telinganya
Peluhku tanpa daya
Ragaku miris tak bergaya

Tawa riang anak-anak kecil
Kini hilang secepat tiup angin
Mereka yang biasa bersandar di kakiku
Kini lari entah kemana
Mungkin ke rumah teduh
Tinggalkanku yang lumpuh
Hanya diam dan bersimpuh

Pada siapa aku mengadu ?

Kamis, 04 Agustus 2011

Aroma Hijau


Lapisan biru selimuti bumi
Aroma hijau membelai kami
Lima atmosfer melayang
Mega putih berbayang

Makhluk bumi bersemayam
Penuhi luas alam
Di sudut malam
Kumelangkah dengan jejak kelam
Jari-jari kusam
Yang sulit kugenggam
Segala nikmat terpendam
Bersatu dalam melodi legam

Bisik ombak mengadu manja
Pada insan terjaga
Angin bersenandung
Pada jiwa yang mendung

Remidi Kimia

Di antara Dewi dan Yudha
Terselip Dedytha
Tak tahu jawabnya
Hingga ku tanya Firda
Otak semakin berat dan berat
Apa itu karbonat ?
Kudengar jawaban gendeng
"Mboh, aku ora mudeng"


Kupandang sosok manusia
Beliau Bu Mega
Sang Guru Kimia
Tepat didepan mata
Patut waspada


Jantungku terpacu
Pada soal B satu
Oh Tuhanku
Tolonglah hamba-Mu


UNTITTLED

Kalau kita benar terpisah
Izinkan kutulis puisi terindah
Tentang hati gelisah
Tentang pikir yang gundah


Aromatik wangi tubuhmu
Menerjang pusat syaraf
Nyentrik hitam kulitmu
Mantap dilihat tanpa khilaf
Eksentrik lesung pipimu
Dipandang tiada insyaf
Eksotik wujud bodymu
Selalu ada hingga enough


Ini hanya kombinasi
Antara kertas dan tinta
Demi sebuah ekspresi
Kagumku padamu semata